Senin, 08 Mei 2017

Cara budidaya jagung yang baik



















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................ 1
           A.    Latar Belakang........................................................................................................ 1
           B.     Tujuan Praktikum.................................................................................................... 2
           C.     Kegunaan Praktikum............................................................................................... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 4
           A.    Klasifikasi Jagung.................................................................................................... 4
BAB III : METODE PRAKTIKUM.................................................................................. 6
A.    Tempat dan Waktu............................................................................................ 6
B.     Alat dan Bahan.................................................................................................. 6
C.     Prosedur Praktikum........................................................................................... 6
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHSAN........................................................................... 7
                  A.    HASIL.................................................................................................................7
                  B.     PEMBAHASAN..................................................................................................7
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 10
                  A.    Kesimpulan.......................................................................................................10
                  B.     Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 11
LAMPRAN......................................................................................................................... 12

BAB I.  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

B.     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :
1.      Mengetahui cara yang baik untuk penanaman jagung
2.      Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai dari penanaman sampai pada pertumbuhan dalam tiap minggu.


C.    Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah dapat memahami penanaman tanaman jagung yang baik dan benar serta cara pemberian pupuk dan perawatannya.

BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.    Klasifikasi jagung
Kingdom         : Plantae ( tumbuhan )
Divisio             : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisi         : Angiospermae ( berbiji tertutup )
Kelas               : Monocotiledon ( berkeping satu )
Ordo                : graminae ( rumput rumputan )
Famili              : graminaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L (Sepriliyana, 2010).
Jagung merupakan bagian dari sub sektor tanaman pangan yang memberikan andil bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong industry hilir yang kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar. Tanaman jagung juga merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras (Anonim, 2003) 
Peningkatan produksi jagung menunjukkan bahwa produksi jagung nasional rata-rata negatif dan cenderung menurun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk selalu positif yang berarti kebutuhan terus meningkat. Pada kenyataannya total produksi dan kebutuhan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kesenjangan yang terus melebar dan jika terus dibiarkan, konsekuensinya adalah peningkatan jumlah impor jagung yang semakin besar dan Negara kita semakin tergantung pada Negara asing (Frobel, 2013).
Rumput teki (Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai gulma pada tanaman jagung, juga mempunyai kemampuan menghasilkan allelokimia. Hambatan pertumbuhan akibat adanya allelokimia dalam peristiwa allelopati dapat menyebabkan hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, dan sintesa protein. Pelepasan alelokimia oleh rumput teki akan meningkat pada kondisi yang ekstrim, sehingga pertahanan tumbuhan gulma pada kondisi yang kurang menguntungkan. Salah satu kondisi yang kurang menguntungkan tersebut adalah tanah salin (Rizka, 2012).
Tindak lanjut arah kebijakan pembangunan ekonomi di sektor pertanian tersebut adalah ditetapkannya Agropolitan sebagai progam unggulan pembangunan dengan kompetensi berbasis jagung. Dalam pelaksanaannya masih banyak kendala yang dihadapi baik oleh petani maupun oleh perencana  (pemerintah). Kaitannya dengan hal tersebut, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian. (Nurdin, 2008).
Penggunaan jagung hibrida yang berproduksi tinggi meski secara ekonomis lebih menguntungkan bagi petani, namun dari sisi konservasi cukup mengancam keberadaan jagung varietas local yang merupakan sumber keragaman plasma nutfah local. Oleh karena itu pemanfaatan jagung hibrida pengembangan dari jagung local merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi kekurangan pasoan bahan pakan ternak yang terjadi saat ini. Hasil perakitan jagung hibrida yang berdaya hasil dan bernilai gizi tinggi pada kondisi input rendah sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang ada saat ini. Pemberian input rendah dapat mengurangi biaya produksi dan ramah lingkungan (Mubarakkan, 2012).

BAB III.  METODE PRAKTIKUM

A.    Tempat dan Waktu
Adapun tempat pelaksanaan prektikum ini ialah. Lahan pekarngan atau kebun percontohan dari bapak dosen pembimbing mata kuliah ini, di kelurahan gambesi, pada hari kamis tanggal 9 oktober 2014 .
B.     Alat dan Bahan
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu parang, cangkul, sekop, hiter, timbangan duduk, meteran, slang penyiraman tanaman, tugal, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang di gunakan dalam praktikum adalah benih jagung, pupuk NPK, dan Air.
C.    prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum yang kami kerjakan di lapangan ialah sebagai berikut :
1.      menyiapkan alat dan bahan untuk membersihan lahan yang akan di gunakan.
2.      Pembersihan lahan dari rerumputan liar.
3.      Setelah pembersihan kami langsung melakukan pengolahan lahan dengan mencangkul dan membentuk bedengan sesuai ukuran panjang ± 8 m, lebar ±1 m, dan tinggi ±20 cm dalam tiap tiap bedengan.
4.      Setelah pembentukan bedengan kami membiarkan bedengan selama seminggu.
5.      Setelah bedengan di biarkan selama seminggu, langsung diadakan penanaman, sebelum penanaman benih tanaman jagung direndam selama ± 5 menit, sambil menyirami bedengan supaya mudah saat pembuatan lubang.
6.      Setelah itu di lakukannya penanaman dengan jarak tanam 25 cm x 30 cm, dengan jumlah benih dalam satu lubang 2 – 3 biji.
7.      Setelah penanaman dilakukannya penyiraman kembali.
8.      Setelah itu dilakukan perawatan dan penelitian tinggi dan jumlah daun seminggu sekali.
9.      Pemupukan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam dengan menggunakan pupuk NPK.


BAB IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL
Hasil dari praktikum ini dinyatakan dalam bentuk tabel

            Tabel 1 : data tinggi tanaman sampel jagung dalam setiap minggu
Minggu / hari
Tanaman Sampel
K 1 (cm)
K 2 (cm)
K 3 (cm)
K 4 (cm)
Minggu ke-1
13.8
21.2
19.2
14.6
Minggu ke-2
30.1
40.9
32.3
23.1
Minggu ke-3
47.2
70.6
54.3
41.3
Minggu ke-4
65.2
92.2
82.5
60.7








            Tabel 2 : data jumlah daun tanaman sampel jagung dalam tiap minggu
Minggu / hari
Tanaman  Sampel
K 1 (cm)
K 2 (cm)
K 3 (cm)
K 4 (cm)
Minggu ke-1
3
4
4
3
Minggu ke-2
5
6
6
5
Minggu ke-3
7
9
9
7
Minggu ke-4
9
10
10
9







B.     PEMBAHASAN
Luas bedengan adalah panjang  8 m,  lebar 80 cm, dan tinggi bedengan 20 cm. Di dalam satu kelompok kami membagi setiap anggota kelompok untuk meneliti  4 tanaman yang di teliti oleh per-individu sehingga pembagian tanaman untuk penilitian secara inividul.
Berdasarkan data hasil di atas bahwa penilitian ini di lakukan hanya meneliti tinggi tanaman dan jumlah daun dalam tiap minggu mulai dari hari setelah tanam ( HST ), dengan jarak tanam 25 cm x 30 cm. Jarak tanam ini di pilih karena jarak tanam juga dapat mempengaruhi perebutan unsur hara bila terlalu saling berdekatan, dan dapat mempengaruhi populasi udara.
a.       Tinggi tanaman
Dari hasil data bahwa terdapat 4 tanaman yang di jadikan sampel untuk penilitian,  pada setiap tanaman di berikan simbol dengan angka K1, K2, K3, dan K4.
1.      Pada sampel K1menunjukan bahwa pengamatan pada minggu ke-1 tanaman memiliki tinggi 13,8 cm , pada minggu ke-2 dengan tinggi 30,1 cm, minggu ke-3 47,2  dan pada minggu ke- 4 tanaman memiliki ke tinggian 65,2 cm.
2.      Sampel K2 menunjukan pada minggu  ke-1  dengan ketinggian  21,2 cm, minggu ke-2 ketinggian  40,9 cm , minggu ke-3 ketinggian 70,6 cm, dan pada minggu ke-4 ketinggian tanaman 92,2 cm.
3.      Sampel K3 menunjukan pada minggu ke-1 tinggi tanaman 19,2 cm, minggu ke-2 tinggi tnaman 32,3 cm,  minggu ke-3 tinggi 54.3 cm, dan pada minggu ke-4 tinggi tanaman 82,5 cm.
4.      Sampel K4 menjukkan pada minggu ke-1 tinggi tanaman 14,6 cm, pada minggu ke-2 tinggi tanaman mencapai 23,1 cm, minggu ke-3 tinggi tanaman mencapai 41,3 cm, dan pada minggu ke-4 tanaman memiliki tinggi 60,7 cm.
Dari hasil di atas menyatakan bahwa tanaman pada K1 dalam setiap minggu tanaman ini memiliki penambahan ketinggian mencapai 16 cm – 18 cm. Namun pada sampel K2 menunjukan bahwa ketinggian dalam setiap minggu yaitu mulai dari 19 cm – 29 cm. Pada tanaman K3 menujukan bahwa tanaman mengalami ketinggi dalam seminggu adalah 17 cm – 28 cm. Sedangkan pada sampel K4 menujukan bawa ketinggian tanaman dalam seminggu adalah 14 cm – 19 cm. Hal ini menunjukan bahwa  tanaman dengan jenis yang sama maupun yang berbeda yang di tanami  dalam waktu penanaman yang sama dan saling berdekatan,  apalagi dalam satu lubang tanam  terdapat 2 bahkan 3 tanaman faktor ini dapat mempengaruhi tanaman seperti pada data tabel 1 di atas. Di karenakan  terjadinya perebutan cahaya matahari, air, dan unsur hara itu sendiri . Selain dari itu faktor yang lain adalah pada saat pemupukan yang tidak merata sehingga terjadinya persaingan kebutuhan unsur hara yng terkandung dalam pupuk tersebut. 
Hal ini seperti yang di jelaskan oleh (Kastono, 2005). Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.
b.      Jumlah daun
Pada tabel 2 di atas menunjukan bahwa dalam setiap tanaman mulai dari sampel K1, K2, K3, dan K4. Penambahan jumlah daun dalm minggu ke-1 sampai pada minggu ke-4 penambahan jumlah daun semaiki bertambah. Dilihat dari keseluruhan tanaman sampel K1 sampai pada K4 , mulai dari minggu ke-1 sampai pada minggu ke-4 terjadinya penmbahan dalam setiap minggu mencapai 2 helai daun, namun ada perbedaan jumlah daun pada tanaman K1, K2, K3 dan K4, di mana tanaman K1 dan K4 memiliki jumlah daun yang sama pada minggu ke-1 sampai pada minggu ke-4, begitu pula pada tanaman sampel K2 dan K3 menunjukan jumlah daunnya pun sama mulai dari minggu ke-1 sampai pada minggu ke-4. 
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasa di atas dapat di simpulkan bahwa perbedaan pada tinggi tanaman jagung sesuai sampel K1, K2, K3 dan K4 di atas di pengaruhi oleh faktor pemberian pupuk yang tidak merata, dan telah terjadinya perebutan unsur hara antara tanaman, berupa cahaya mata hari, air, dan unsur hara itu sendiri, sihingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 
Dan jumlah helai daun pada tanaman jagung berkaitan dengan tinggi tanaman jagung, semakin tinggi tanaman jagung maka semakin bertambah jumlah daun tanaman pula,
B.     Saran
Adapun saran untuk praktikum ini apabila kedepan adanya praktikum lagi, sebaiknya di lakukan dengan pemberian perlaukuan yang berbeda antara beberapa tanaman sampel yang akan di teliti, selain dari itu praktikum di lakukan dengan percobaan pada satu lubang tanam di beri satu tanaman saja. Kemudian satu lubang tanam lagi di beri dua tanaman, begitu dan seterusnya agar kita bisa mengetahui hasil yang lebih baik dalam penanaman jagung dan kita bisa mengetahui lebih jelas lag
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar