Senin, 08 Mei 2017

sistem pertanian terpadu





BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

        Indonesia  belum bisa terlepas dari dukungan teknologi dengan penggunaan bahan kimia baik untuk pupuk dan pestisida. Bahkan sampai saat ini para petani dalam usaha taninya masih sangat tergantung pada pupuk dan pestisida kimia (An – Organik). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian pupuk dan pesetisida kimia pada tanaman akan berakibat sangat buruk terhadap lingkungan hidup, terutama kepada tanah yang mulai mengalami kelelahan dan tak subur lagi, hama tanaman semakin semarak dan beraneka ragam karena musuh alami yang ada ikut terbunuh oleh bahan kimia melalui pupuk dan pestisida itu sendiri serta kualitas produk semakin tidak sesuai dengan harapan konsumen karena kandungan residu zat kimia semakin tinggi.
     Dalam rangka menghadapi persaingan pasar yang semakin terbuka secara Nasional dan Internasional di era globalisasi ini, dimana konsumen mengharapkan adanya produk pertanian yang kandungan residu bahan kimianya rendah bahkan nol, maka petani dituntut untuk merubah pola pertaniannya. Pola pertanian yang dapat diterapkan adalah Pertanian Berkelanjutan dengan sistem pertanian Organik. Lahan pertanian saat ini secara umum sudah pada tingkat yang sangat serius, sehingga upaya pemulihan tingkat kesuburan tanah dengan pemakaian bahan organik adalah mutlak harus dilaksanakan secara serentak dalam bentuk Gerakan Massal.
           Trend pertanian organik di Indonesia, mulai dikenalkan oleh beberapa petani yang sudah mampu dan memahami keunggulan sistim pertanian organik tersebut. Beberapa ekspatriat yang sudah lama hidup di Indonesia, memilki lahan yang luas dan ikut membantu mengembangkan aliran petani organik tersebut ke penduduk sekitarnya,  pertanian organik di Indonesia baru dimulai sejak 4-5 tahun yang lalu, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Namun petani di Indonesia Juga semakin termotivasi juga untuk mengembangkan system pertanian terpadu yang di dalamnya menerapkan sistem pertanian organik.
      Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. pertanian melibatkan makhluk hidup dalam suatu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada peningkatan bahan organik dalam tanah, penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang menggunakan pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanaan.
    Keberadaan sektor- sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiliki beragam sumber penghasilan. Sistem pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur. seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan juga menanam sayuran dan juga memanfaatkan di sekililing atau batas batas sawah untuk tanaman kehutanan. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah system integrasi antara jagung, tambak (kolam ikan), lamtoro dan ternak kambing ?
2.      Bagaimanakah Keunggulan Dan Kekurangan System Integrasi jagung, tambak ikan, lamtoro Dan Ternak kambing ?

1.3 Tujuan
 Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui sistem  integrasi antara jagng, tambak ikan, lamtoro dan ternak kambing serta mengetahui keunggulan dan kekurangan system integrasi dari pertanian, perikanan, kehutanan dan juga peternakan



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

     Pertanian organik (Organic Farming) adalah suatu sistem pertanian yang mendorong tanaman dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolaan tanah dan tanaman yang disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik atau alamiah sebagai input, dan menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisida kecuali untuk bahan-bahan yang diperkenankan ( IASA, 1990).
Sistem pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia anorganik (kecuali yang diizinkan) tetapi hanya menggunakan bahan alami berupa bahan atau pupuk organik. Sistem pertanian yang menggunakan bahan organic sebagai salah satu masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk buatan (kimia anorganik), disertai dengan aplikasi herbisida dan pestisida secara selektif dan rasional dinamakan Sistem Pertanian Organik Rasional (Fagi dan Las, 2007).
     Zero waste adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan kotoran ternak sapi untuk diproses menjadi pupuk organik. Artinya memperbaiki unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2002).
    Ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya sinergisme atau keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tamanannya, kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak (Ismail dan Djajanegara, 2004).
Reijntjes (1999) mengatakan, hewan atau ternak bisa beragam fungsi dalam sistem usaha tani lahan sempit, hewan memberikan berbagai produk, seperti daging, susu, telur, wol, dan kulit.
  Krisnamurthi (2006) mengatakan bahwa pertanian abad ke 21 bagi negara--negara yang sedang berkembang harus mampu menciptakan sistem pertanian yang memiliki produktivitas tinggi tetapi dengan low cost input. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan wilayah akan meningkat investasi dibidang usaha pertanian yang serasi dengan keadaan sosial ekonomi daerah, kesesuaian lahan dan potensi pasar.




BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Integrasi jagung, tambak ikan, lamtoro Dan Ternak kambing
Pola integrasi antara tanaman, ikan dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan pertanian, perikanan kehutanan dan peternakan. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian , sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak , selain itu juga limbah kehutanan juga bisa di gunakan untuk pupuk dan  kebutuhan sehari-hari petani berupa kayu bakar dll dan sumber perikanan adalah untuk pemanfaatan lahan yang kosong sebagai tambak ikan. Integrasi hewan ternak, perikanan, kehutanan dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya.
Sistem produksi ternak herbivora yang dikombinasikan dengan lahan-lahan pertanian dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman pangan. Ternak tidak berkompetisi pada lahan yang sama. Ternak dapat digembalakan dipinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh di sekitar tempat tersebut. Sebaliknya ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan fecesnya, sedangkan tambak ikan bisa di manfaatkan lahan yang kosong yang berada di tengah atau sekitar lahan atau bisa di manfaatkan dalam irigasi lahan tersebut. Sedangkan lamtoro atau tanaman kehutanan bisa di jadikan sebagai tanaman pembatas, selain itu juga bisa di gunakan sebagai  pakan ternak karena mengandung sumber protein yang baik, dan dapat di manfaatkan untuk pupuk hijau atau kompos.
Zero waste adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan pakan ikan, kotoran ternak sapi untuk diproses menjadi pupuk organik. Ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya sinergisme atau keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tamanannya, kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Pada model integrasi tanaman ternak, petani mengatasi permasalahan ketersediaan pakan dengan memanfaatkan limbah tanaman seperti jerami padi, jerami jagung, limbah kacang-kacangan, dan limbah pertanian lainnya. Kelebihan dari adanya pemanfaatan limbah adalah disamping mampu meningkatkan ketahanan pakan khususnya pada musim kering juga mampu menghemat tenaga kerja dalam kegiatan mencari rumput, sehingga memberi peluang bagi petani untuk meningkatkan jumlah skala pemeliharaan ternak.
Pemanfaatan kotoran kambing atau ternak sebagai pupuk organik disamping mampu menghemat penggunaan pupuk anorganik, juga sekaligus mampu memperbaiki struktur dan ketersediaan unsur hara tanah. Dampak ini terlihat dengan meningkatnya produktivitas lahan.
Konsep integrasi ternak dalam usaha tani tanaman, baik itu tanaman perkebunan, pangan, atau hortikultura adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak, tanpa mengurangi aktifitas dan produktifitas tanaman. Pengembangan sistem usaha tani terpadu ditujukan untuk upaya peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produksi jagung yang dipadukan dengan usaha ternak kambing atau ternak yang lainnya. Dengan adanya jerami jagung disetiap musim panen yang dapat digunakan sebagai pakan ternak karena terdapat dalam jumlah yang banyak, murah dan mudah diperoleh. Sebaliknya, kambing dapat dimanfakatkan kotorannya sebagai pupuk organik untuk tanaman jagung dan tanaman lainnya. Hubungan timbal balik antara tanaman dan ternak terutama dalam memanfaatkan limbah, akan menekan biaya produksi dan mengoptimalkan pendapatan peternak/petani.

3.2 Keunggulan Dan Kekurangan System Integrasi jagung, tmbak ikan, lamtoro Dan Ternak kambing
Beberapa keunggulan konsep sistem integrasi tanaman jagung, tambak ikan, lamtoro (tanaman kehutanan) dan ternak kambing ini yaitu dapat meningkatkan produktifitas usaha tani tanaman pangan melalui pemanfaatan ternak. Selain itu, juga meningkatkan pemanfaatan sisa hasil pertanian tanaman perkebunan, tanaman pangan atau hortikultura dan juga kehutanan untuk pakan ternak. Memanfaatkan tenaga ternak dan pupuk kandang dalam usaha tani tanaman. Kesuburan tanah dalam suatu areal dapat dikembalikan melalui pemanfaatan pupuk kandang. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis keluarga petani dalam pengelolaan secara optimum ternak yang diintegrasikan dalam usaha tani tanaman. Meningkatkan pendapatan keluarga petani pelaksana program integrasi ternak dalam usaha tani tanaman. Masa perkembangbiakan kambing adtau ternak lainya yang terbilang cepat juga menjadi kelebihan sistem ini sehingga dapat membantu kesejahteraan keluarga petani.
Dalam pengembangan sistem integrasi ternak dan jagung ini juga memliki kekurangan seperti dalam hal penyediaan pakan untuk kambing atau ternak lainnya tergolong banyak untuk setiap harinya. Dibandingkan dengan hasil jerami yang dihasilkan tiap musim panen, tentunya tidak dapat menyediakan kebutuhan pakan ternak selama masa pertumbuhan tanaman. Sehingga, perlu tambahan pakan yang bersumber dari tanaman lain seperti rumput ataupun limbah panen tanaman lainnya. Selain itu, pengetahuan petani mengenai pengembangan kambing masih sedikit sehingga tak jarang dalam pemeliharaannya terkadang ada yang mati terserang penyakit atau kekurangan makanan yang tentunya merugikan petani itu sendiri. Mahalnya harga kambing atau ternak lainnya untuk dikembangkan juga menjadi kendala tersendiri bagi petani untuk mengembangkan sistem integrasi ini sehingga diperlukan bantuan dari beberapa pihak untuk melaksanakan sistem tersebut. Selain itu, lahan peternakan yang dimiliki petani masih terbatas sehingga tak jarang kambing-kambing tersebut dipelihara disekitar kebun dan dapat mengancam pertumbuhan tanaman padi milik petani.
  
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pertanian terpadu merupakan salah satu cara untuk menghasilkan produk organis dengan menerapkan konsep Sistem Integrasi tanaman pangan, perikanan, kehutanan, dan juga peternakan merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi jagung atau tanaman pangan lainnya, daging, hasil ikan, dan juga hasil dari tanaman kehutanan dengan pendekatan Zero Waste.
4.2 Saran
Dalam makalah ini penulis memaparkan tentang  Peranan Pertanian Terpadu Sistem Integrasi antara pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan dalam Mendukung Pertanian Organik, dan dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca tentang peranan pertanian terpadu.
 
DAFTAR PUSTAKA
Salikin, K.A, 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.
Sardjono, M.A, djogo, T., Arifin, H wijayanto, N. 2003. Pola kombinasi komponen agroforestri. World Agroforestry Centre ( ICRAF ) : Bogor
Suwono, M., M.A. Yusron dan F. Kasiyadi, 2004. Penggunaan Pupuk Organik dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Sistem dan Kelembagaan Usaha tani Tanaman-Ternak. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Triharso, 1992. Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan Yang Berkelanjutan. ISAAA 1992.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar